Tampilkan postingan dengan label INDONESIAKU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label INDONESIAKU. Tampilkan semua postingan

DANAU SINGKARAK







danau singkarak adalah sebuah danau yang membentang di dua kabupaten di provinsi sumatera barat, yaitu di Kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar.
Danau ini memilki luas 107,8 km dan merupakan danau terluas kedua di pulau sumatera, danau ini merupakan hulu batang ombilin,
satwa yang terkenal adalah ikan blih yang diperkirakan hanya hidup di danau ini

Alkisah, di sebuah kampung di daerah Sumatra Barat, hiduplah keluarga Pak Buyung. Ia tinggal di sebuah gubuk di pinggir laut bersama istri dan seorang anaknya yang masih kecil bernama Indra. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Pak Buyung bersama istrinya mengumpulkan hasil-hasil hutan dan menangkap ikan di laut. Setiap pagi mereka pergi ke hutan di Bukit Junjung Sirih untuk mencari manau, rotan, dan damar untuk dijual ke pasar. Jika musim ikan tiba, mereka pergi ke laut menangkap ikan dengan menggunakan pancing, bubu ataupun jala.

Ketika sudah berumur sepuluh tahun, Indra sering membantu kedua orangtuanya ke hutan maupun ke laut. Betapa senang hati Pak Buyung dan istrinya mempunyai anak yang rajin seperti Indra. Namun, ada satu hal yang membuat mereka risau, karena si Indra memiliki suatu keanehan, yaitu selera makannya amatlah berlebihan. Dalam sekali makan, ia dapat menghabiskan nasi setengah bakul dengan lauk beberapa piring.

Pada suatu ketika, musim paceklik tiba. Baik hasil hutan maupun hasil laut sangat sulit diperoleh. Untuk itu, keluarga Pak Buyung harus berhemat terutama menahan selera makan. Mereka harus makan apa adanya. Jika tidak ada nasi, mereka makan ubi atau pun keladi (talas). Cukup lama musim paceklik berlangsung, sehingga mereka semakin kesulitan mendapatkan makanan. Hal itu rupanya membuat mereka lebih peduli pada diri sendiri daripada terhadap anaknya. Kesulitan mendapatkan makanan itu juga membuat mereka hampir berputus asa. Mereka sering bermalas-malasan pergi mencari rotan ke hutan dan mencari ikan ke laut.

Sudah beberapa hari keluarga Pak Buyung hanya makan ubi bakar. Tentu hal itu tidak mengenyangkan perut si Indra. Suatu hari, Indra menangis minta makanan kepada kedua orangtuanya.

“Ayah, carikan saya makanan! Saya sangat lapar,” keluh Indra.

“Hei, anak malas! Kalau kamu lapar carilah sendiri makanan ke hutan atau ke laut sana!” seru ayahnya dengan nada kesal.

“Pak! Bukankah anak kita masih kecil? Tentu dia belum bisa mencari makanan sendiri,` sahut sang Ibu.

“Iya, dia memang masih anak-anak. Tapi, dia yang paling banyak makannya,” bantah sang suami.

Mendengar bantahan suaminya itu, sang Istri pun diam. Ia kemudian membujuk Indra agar berangkat sendiri ke Bukit Junjung Sirih untuk mencari hasil-hasil hutan di Bukit. Indra pun menuruti nasehat ibunya. Sebelum berangkat ke hutan, Indra terlebih dahulu memberi makan seekor ayam piaraannya yang bernama Taduang. Si Taduang adalah seekor ayam yang pandai. Setiap kali tuannya (si Indra) pulang dari hutan, ia selalu berkokok menyambut kedatangan tuannya.

Menjelang siang, Indra pulang dari hutan tanpa membawa hasil. Keesokan harinya, ayahnya memerintahkannya pergi ke laut untuk memancing ikan. Saat Indra pergi ke laut, ayah dan ibunya hanya tidur-tiduran di gubuk. Tampaknya, mereka benar-benar sudah putus asa menghadapi kesulitan hidup. Keadaan demikian berlangsung selama sebulan, sehingga Indra merasa tubuhnya sangat lelah dan berniat untuk beristirahat beberapa hari.

Pada suatu hari, sepulang dari laut mencari ikan, Indra berkata kepada ayahnya:

“Ayah! Badanku terasa sangat letih. Bolehkah saya beristirahat untuk beberapa hari?” pinta Indra.

“Apa katamu? Dasar anak malas! Kamu tidak boleh beristirahat. Besok kamu harus tetap kembali ke laut mencari ikan,” ujar sang Ayah.

Oleh karena tidak ingin membatah perintah ayahnya, keesokan harinya Indra pergi ke laut mencari ikan. Ketika Indra berangkat ke laut, secara diam-diam ibunya juga berangkat ke laut. Tapi, ia menuju ke sebuah tanjung, agak jauh dari tempat Indra mencari ikan. Sementara ayahnya pergi ke hutan.

Menjelang siang, Pak Buyung kembali dari hutan dengan membawa seikat ijuk. Sesampainya di rumah, ia melihat istrinya sedang membersihkan pensi (sejenis kerang berukuran kecil).

“Sedang apa, Bu?” tanya Pak Buyung kepada istrinya.

“Sedang membersihkan pensi, Pak! Tadi ketika hendak mencari ikan di laut, aku melihat banyak warga dari kampung tetangga sedang mencari pensi. Akhirnya aku pun ikut mencari pensi bersama mereka,” jawab istrinya.

“Bagaimana cara memasaknya? Bukankah Ibu belum pernah memasak pensi sebelumnya? ” tanya Pak Buyung.

“Tenang, Pak! Kata seorang warga dari kampung tetangga, daging pensi enak jika dimasak pangek[1],” jelas istrinya.

“Wah, kalau begitu, kita makan enak siang ini,” ucap Pak Buyung sambil mengusap-usap perutnya yang sudah keroncongan.

Setelah membersihkan pensi itu, sang Istri pun segera membuatkan bumbu dan memasaknya. Tak lama kemudian, aroma masakan pangek pun tercium oleh Pak Buyung.

“Wah, harum sekali aromanya. Istriku memang pintar memasak,” puji Pak Buyung seraya mendekati istrinya yang sedang masak di dapur.

“Bu, apakah pangek ini cukup kita makan bertiga?” tanya Pak Buyung.

“Tentu saja cukup,” jawab istrinya.

“Apakah Ibu sudah lupa kalau si Indra makannya banyak? Pangek ini pasti tidak cukup dia makan sendiri,” kata Pak Buyung.

`Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya istrinya.

“Bagaimana kalau kita makan diam-diam, selagi si Indra masih berada di laut,” saran Pak Buyung.

“Tapi, sebentar lagi dia pulang,” kata istrinya.

“Kalau dia pulang, pasti akan ketahuan.,” ucap Pak Buyung.

“Bagaimana Bapak bisa mengetahuinya!” tanya istrinya.

“Jika si Taduang berkokok, berarti si Indra telah pulang,” jawab Pak Buyung.

Sang Istri pun mengangguk-angguk mendengar jawaban suaminya. Keduanya pun menyantap pangek itu dengan lahapnya. Namun, baru makan beberapa suap, tiba-tiba ayam peliharaan Indra berkokok. Mendengar kokok ayam itu, kedua suami-istri itu segera mencuci tangan, lalu membereskan makanan dan menyembunyikannya di bawah tempat tidur. Ketika Indra masuk ke gubuk, ia melihat kedua orangtuanya sedang duduk-duduk bersantai. Kedua orangtuanya terlihat tenang, seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi.

“Hei, Indra! Mana ikan yang kamu peroleh?” tanya ayahnya.

“Maaf, Ayah! Hari ini aku tidak memperoleh ikan?” jawab Indra dengan wajah kusut.

“Kenapa kamu pulang kalau belum memperoleh ikan?” tanya ayahnya.

“Maaf, Ayah! Saya sangat letih dan lapar,” jawab Indra.

“Hei, apa yang bisa kamu makan kalau tidak memperoleh ikan?” sang Ayah kembali bertanya.

“Saya sudah berusaha, Ayah. Tapi belum berhasil,” jawab Indra.

“Ayah, Ibu! Adakah sesuatu yang bisa saya makan. Sekedar pengganjal perut,” pinta Indra kepada kedua orangtuanya.

“Tidak! Hari ini tidak ada makanan untuk anak pemalas,” kata ayahnya.

“Tapi, Ayah! Saya lapar sekali,” keluh Indra sambil memegang perutnya.

“Baiklah! Kamu boleh makan, tapi kamu harus mencuci ijuk ini sampai bersih,” sahut ibunya sambil menyerahkan ijuk yang tadi dibawa suaminya dari hutan.

Indra pun segera pergi ke laut mencuci ijuk itu karena ingin mendapatkan makanan dari kedua orangtuanya. Ketika Indra berangkat ke laut, kedua orangtuanya kembali melanjutkan acara makan mereka.

“Wah, meskipun baru kali ini Ibu memasak pangek pensi, tapi rasanya lezat sekali,” sanjung Pak Buyung kepada istrinya.

Sang Istri tersenyum mendengar sanjungan suaminya. Kemudian sepasang suami istri itu makan pangek dengan lahapnya. Mereka baru berhenti makan setelah perut mereka benar-benar sudah penuh. Selesai makan, mereka kembali menyembunyikan makanan yang masih tersisa di bawah tempat tidur. Tidak beberapa lama kemudian, si Taduang terdengar berkokok, pertanda tuannya telah kembali dari laut. Ketika masuk ke dalam gubuk, Indra melihat kedua orangtuanya masih sedang duduk bersantai.

“Bagaimana? Apakah ijuk itu sudah bersih kamu cuci?” tanya ibunya.

“Sudah, Bu,” jawab Indra sambil meletakkan ijuk itu di depan ibunya.

“Hah! Kenapa masih hitam begini? Kamu harus mencucinya hingga berwarna putih,” ujar ibunya.

“Tapi, Bu! Aku sudah berusaha mencucinya berkali-kali, bahkan aku menggosoknya dengan campuran pasir, tapi masih tetap berwarna hitam,” sanggah Indra.

“Ah, alasan saja! Cuci lagi ijuk itu ke laut!” seru ayahnya.

Dengan langkah sempoyongan, Indra pun kembali ke laut. Sesampainya di laut, ia terus berusaha mencuci dan menggosok ijuk itu hingga berkali-kali, tetapi tetap saja berwarna hitam. Rupanya Indra yang masih anak-anak tidak mengetahui jika ijuk itu memang pada dasarnya berwarna hitam. Meskipun ijuk itu berkali-kali dicuci dan digosok, tentu tidak akan pernah berwarna putih.

Menjelang senja, Indra kembali ke gubuknya. Ketika masuk ke ruang tengah gubuknya, ia tidak lagi melihat kedua orangtuanya duduk-duduk. Dengan pelan-pelan, ia melangkah menuju ke ruang dapur. Betapa terkejutnya ia ketika melihat kedua orangtuanya sedang tertidur pulas di ruang dapur. Di sekeliling mereka berserakan piring makan, bakul nasi, dan panci pangek pensi yang telah kosong. Hanya kuah dengan beberapa cuil daging pensi yang tersisa.

Alangkah sedihnya hati Indra menyaksikan semua itu. Kini ia menyadari bahwa kedua orangtuanya telah menipu dan membohonginya. Namun, sebagai anak yang berbakti, dia tidak ingin marah kepada mereka yang telah melahirkannya. Ia pun berjalan keluar dari gubuknya sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya. Saat berada di luar gubuk, ia langsung menangkap ayam kesayangannya, si Taduang. Kemudian ia duduk di atas batu di samping gubuknya sambil mengusab-usap bulu si Taduang.

“Taduang! Rupanya Ayah dan Ibuku telah menipuku. Untuk apalagi aku tinggal bersama mereka di sini, kalau mereka sudah tidak menyayangiku lagi,” kata Indra kepada ayamnya.

Mendengar pernyataan Indra, ayam itu pun berkokok berkali-kali, pertanda bahwa ia mengerti perasaan tuannya. Si Taduang kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya. Indra pun mengerti bahwa ayam kesayangannya itu akan mengajaknya pergi meninggalkan kampung itu. Dengan cepat, Indra pun segera berpegangan pada kaki si Taduang. Beberapa saat kemudian, si Taduang terbang ke udara, sementara Indra tetap berpegangan pada kakinya. Saat tubuh Indra terangkat, batu tempat Indra duduk itu juga ikut terangkat. Anehnya, semakin tinggi mereka terbang, batu itu semakin membesar. Akhirnya, si Taduang pun sudah tidak kuat lagi membawa terbang si Indra bersama batu besar itu. Melihat hal itu, Indra pun segera menyentakkan kakinya, sehingga batu besar itu melesat menuju ke bumi dan menghantam salah satu bukit yang ada di sekitar lautan. Hantaman batu itu membentuk sebuah lubang memanjang. Dengan cepat, air laut pun mengalir ke arah lubang itu dan menembus bukit, sehingga membentuk aliran sungai.

Konon, itulah yang menjadi asal mula Sungai Batang Ombilin, yang bermuara ke daerah Riau. Semakin lama air laut itu semakin menyusut, sehingga lautan itu berubah menjadi Danau Singkarak yang hingga kini menjadi kebanggaan masyarakat Solok. Sementara Indra yang diterbangkan oleh ayam kesayangannya, si Taduang, hingga kini tidak diketahui keberadaannya.

PANTAI MENTAWAI





kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Propinsi Sumatera Barat Indonesia.  terdiri dari 4 kelompok pulau utama yang berpenghuni, yaitu :
1. Pulau Siberut
2. Pulau Sipora
3. Pulau Pagai Utara
4. Pulau Pagai Selatan

daerah ini mayoritas penduduknya adalah suku mentawai


Satwa Endemik 

Beruk Mentawai, Macaca pagensis
Monyet Ekor Babi, Simias Concolor
Tupai Kasturi Mentawai, Tupaia chrysogaster
Siamang Mentawai, Hylobates klossii
Lutung Mentawai, Presbytis potenziani
Tikus Duri Pagai, Maxomys pagensis
Tikus Raksasa Sipora, Leopoldamys siporanus
Nyingnying Mentawai, Chiropodomys karlkoopmani
Tikus Mentawai, Rattus lugens
Tupai terbang Mentawai, Iomys sipora
Tupai terbang Sipora, Hylopetes sipora
Tupai terbang SIberut, Petinomys lugens
Saudara Tupai, Sundasciurus fraterculus
Bajing Hitam, Callosciurus melanogaster
Tupai Berekor-belang Tiga, Lariscus obscurus
Rusa Sambar, Cervus unicolor oceanus
Burung Hantu Mentawai, Otus mentawai
Ular Mentawai, Calamaria klossii




DANAU TOBA DAN PULAU SAMOSIR

Danau toba di keliling oleh pegunungan dan di tengah danau terdapat pulau yang bernama samosir , untuk menuju ke danau toba di butuhkanwaktu sekitar 4 jam perjalanan dari medan, selain anda bisa meningmati suasana keindahan alam dan matahari terbenam kita juga di suguhkan akomodasi yang memadai seperti hotel, penginapan di parapat dan juga terdapat restoran, cafe, dan juga terdapat souvenir asli suku batak.

AIR TERJUN 2 WARNA

Terletak diDesa Durin Sirugun di kaki gunung Sibayak sumatra utara. dapat di tembuh melalui jalur darat melintasi bumi perkemahan sibolangit. jarak tempuh dari medan ke sibolangit sekitar 75 km dan dari pintu utama bumi perkemahan sibolangit, membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 jam untuk tiba di air terjun 2 warna, ketika memasuki bumi perkemahan sibolangit di desa bandar baru anda kan melewati hutan.
air terjun ini memiliki ketinggian 100 m bersumber dari gunung sibayak, dan air yang turun dari sungai atas akan tertampung di danau kecil. warna air ini biru muda dan putih keabu-abuan karena kandungan pospor

GUNUNG RINJANI





gunung ini berlokasi di pulau lombok ,nusa tenggara barat. gunung ini merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia
- ketinggian 3.726 m.dpl
- terletak di lintang 8º25' LS dan 116º28' BT
- di sebelah barat kerucut rinjani terdapat  kaldera dengan luas sekitar 3.500 m x 4.800 m memanjang kearah   timur dan barat
- terdapat segara anakan seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m
- air yang mengalir membentu air terjun yang sangat indah, melewati jurang yang curam
- bagian selatan di sebut segara endut
- disebelah timur kaldera terdapat gunung baru (barujari) yang memiliki kawah berukuran 170 m x 200 m


gunung ini banyak didaki oleh para pecinta alam dari pelosok negeri bahkan dari luar negeri, ada legenda yang menyertai gunung rinjani 
pada jaman dahulu tidak jauh dari pelabuhan lembar, terdapat kerajaan yang bernama taun yang diperintah oleh raja yang sangat baik yang bernama datu taun dan permaisurinya yang sangat cantik yang bernama Dewi Mas.


pada suatu hari keduanya sedang berbincang bincang kenapa hingga sekarang belum memiliki putra, dan mereka sangat bersedih untuk hal itu. dan bersabdalah sang raja " permaisuriku saya akan menyampaikan permintaan, ijinkanlah saya untuk mengambil permaisuri lagi,mudah-mudahan dengan demikian kita akan dianugrahi momongan yang akan menggantikan raja kelak "


setelah keduanya setuju makan diambilah satu orang permaisuri lagi yang tidak kalah cantik yang bernama sunggar tutul. putri dari patih aur,
semenjak saat itu sang raja lebih sering bersama dengan permaisuri sunggar tutul dari pada Dewi mas hal ini membuat hati dewi mas sangat sedih tapi permaisuri mencoba untuk tetap bersabar.
berkat kesabaran dari dewi mas maka ALLah memberikan anugrahnya Dewi Mas pun mengandung.


berita tentang mengandungnya Dewi Mas membuat gusar hati sunggar tutul , takut akan berpalingnya sang raja kepada Dewi Mas, akhirnya skenario busuk pun di jalankan sunggar tutul pun menyebarkan isu bahwa Dewi Mas hamil dikarenakan serong dengan orang lain yang bernama Los Deos.


murkalah sang raja maka diusirlah Dewi Mas dari kerajaan dan dibuang kesebelah gili, maka dengan dibantu dengan pengikutnya Dewi Mas mendirikan pemukiman. dan bersiap menuju hari depan yang cerah, dan suatu ketika lewatlah rombongan armada kapal melewati gili, seperti ada kekuatan ghaib yang mengarahkan nahkoda kapal ke gili, dan dari kejauhan nahkoda melihat seorang putri yang sangat cantik maka nahkoda memutuskan untuk singgah di pondok dewi mas.
keduanya berbincang- bincang dan dewi mas menceritakan semua perihal yang dia telah alami , akhirnya sang dewi memohon kepada nahkoda untuk mengantar ke Bali.
dan dewi mas pun berangkat ke bali beserta pengikutnya dan menetap disana.


hari yang ditunggu telah tiba dewi mas melahirkan dua anak kembar yang disertai dengan sebilah keris dan yang perempuan disertai busur panah. bayi laki-laki ini di beri nama raden nuna putra janjak, sedangkan yang perempuan di beri nama dewi rinjani
dan merekapun tumbuh menjadi dewasa hingga suatu hari merekapun menanyakan dimana keberadaan ayah mereka, karena desakan dari kedua anaknya maka dewi mas pun tak kuasa menutupinya. dewi mas pun menceritakan semua yang terjadi.
raden nuna putra janjak sangat marah tatkala mendengar cerita sang bunda, maka raden nuna putra janjak memohon ijin kepada sang bunda untuk pergi menemui sang ayah.
setibanya di istana sang raja, raden nuna putra janjak dihadang puluhan prajurit berkat kesaktiannya maka raden nuna berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, hingga sang raja yang tidak lain adalah ayahnya sendiri turun tangan dengan mengadu kesaktian, terjadilah pertarungan yang sangat seru keduanya sama-sama kuat  hingga terdengarlah suara dari langit " hai danu taun janganlah kau sakiti anak itu, karena adalah anakmu :"
setelah mendengar suara tersebut sang raja menjadi sangat terharu dan akhirnya memeluk sang anak.
setelah raden nuna meneritakan kejadian yang sebenarnya maka sang raja sangatlah menyesal dan segeralah menyusul permaisuri yang terbuang dewi mas , dan mengajaknya kembali keistana dan merekapun hidup damai sejahtera, meskipun raja merasa di bohongi oleh sunggar tutul tetapi karena raja adalah raja yang bijak maka diapun memaafkan kesalahan sunggar tutul.
dan raja pun menyerahkan tahtanya kepada sang putra dan raja pergi dari istana ditemani oleh putrinya dewi rinjani untuk bertapa di puncak gunung dan sang putri diangkat menjadi ratu dari golongan Jin dan makluk halus dan sejak saat itugunung itu di namakan gunung rinjani

GUNUNG BROMO

gunung bromo
inilah salah satu keindahan ciptaan ALLAH yang di berikan kepada bangsa Indonesia , gunung ini terletak di :
- terletak diantara kabupaten malang, probolinggo dan diwilayah  pasuruan propinsi jawa timur
- Curah hujan rata-rata 6.600 mm/tahun 
- suhu sekitar 3° - 20° C.
- ketinggian tempat 750 - 3.676 m.dpl

- letak geografis 7°51’ - 8°11’ LS, 112°47’ - 113°10’ BT
ada legenda tentang gunung ini , menurut kepercayaan masyarakat sekitar gunung dahulu kala ada sepasang suami istri yang hidup di wilayah tengger yang bernama roro ateng dan joko seger mereka adalah keluarga yang saling mencintai satu dengan yang lainnya. tapi keharmonisan rumah tangga mereka ternyata membuat iri beberapa bagian dari penduduk desa, maka disusunlah strategi untuk mengusir mereka keluar dari desa dengan jalan fitnah.
    Dan akhirnya mereka terusir dari desa dan menetap di sekitar kawah gunung bromo, setelah bertahun-tahun mereka tinggal disitu, dan merekapun memiliki banyak keturunan dan mereka membentuk komunitas yang bernama SUKU TENGGER sedangkan tengger sendiri berasal dari kata Roro ateng dan joko seger. dan untuk mengucapkan rasa syukur mereka maka diadakan acara sesaji setiap tahunnya. tradisi ini berlangsung hingga sekarang